Hiburan Rakyat

Campursari merupakan istilah dalam dunia musik nasional Indonesia yang mengacu pada campuran beberapa genre music kontemporer Indonesia. Nama campursari diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik campursari di wilayah Gunung Kidul khususnya terkait dengan modifikasi alat-alat music gamelan sehingga dapat dikombinasikan dengan instrument musik barat (keyboard atau gitar electrik) sehingga instrumen “asing” ini tunduk pada pakem musik yang disukai masyarakat setempat: Langgam Jawa dan Gending.


Mas Tejo diantara para penggemarnya


“Nanggap Campursari” di Dusun Suruh

Musik campursari merupakan sarana hiburan yang masih populer dan sangat dinikmati oleh masyarakat. Pada suatu kesempatan acara di Dusun Suruh terdapat tradisi yang diselenggarakan keluarga besar Mbah Tugiyem dimana silahturami antar keturunannya disebut dengan “masang kemul” yang merupakan suatu bentuk tanda bakti anak untuk membahagiakan orangtuanya. Dimana prosesi ini dimulai dengan memasang kain kafan kepada nisan orangtua atau sanak saudara yang sudah meninggal. Kemudian acara selanjutnya disebut dengan “ngebul dapur e” dimana prosesi ini tuan rumah bersama tetangga menyiapkan makanan berat berupa bakso dan masakan hasil olahan dari daging kambing bagi para tamu undangan untuk makan siang. Acara “syawalan keluarga” berlanjut dimana sang tuan rumah Pak Marlan bersama ketujuh saudaranya memberikan hiburan campursari Gunung Kidul, dengan grup SGR bersama bintang tamu Tedjo Blangkon dan sound system Samiasih. Dimana dalam acara ini masyarakat Dusun Suruh dihibur secara langsung bersama dengan memberikan “saweran” yang merupakan semangat panggung bagi biduan campursari dalam mengisi aksi panggung acara. (Benny)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk Lotisan

Jathilan

Dusunku Nan Permai